Minggu, 04 November 2012
Akulturasi dan Relasi Internakultural
Akulturasi
A. Pengertian Akulturasi
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Atau bisa juga di definisikan sebagai perpaduan antara kebudayaan yang berbeda yang berlangsung dengan damai dan serasi. Contoh akulturasi: Candi Borobudur yang merupakan perpaduan anatar budaya India dan budaya Indonesia.
Pengertian Akulturasi Dari Para Ahli:
1. Garbarino
"Acculturation (is) the process of culture change as a result of long term, face to face contact between two societies" (Garbarino, 1983).
“Akulturasi (adalah) proses perubahan budaya sebagai akibat jangka panjang, tatap muka kontak antara dua masyarakat "(Garbarino, 1983).
2. Koentjaraningrat (1996:155)
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
3. Redfield, Linton, Herskovits
Akulturasi meliputi fenomena yang timbul sebagai hasil, jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu, dan mengadakan kontak secara terus menerus, yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya.
Dari definisi tersebut terlihat bahwa akulturasi adalah salah satu aspek daripada culture change dan asimilasi adalah salah satu fase dari akulturasi, sedang difusi adalah daripada akulturasi
B. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Timbulnya Suatu Proses Akulturasi
Faktor Internal (dalam), antara lain:
1. Bertambah atau berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi)
Pertambahan penduduk yang sangat cepat menyebabkan terjadinya perubahan struktur dalam masyarakat, terutama lembaga kemasyarakatannya. Berkurangnya penduduk mungkin disebabkna berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dari daerah ke daerah lainnya (misalnya transmigrasi).
2. Penemuan-penemuan baru
a. Discovery: penemuan ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada
b. Invention : penyempurnaan penemuan baru
c. Innovation: pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang telah ada.
Penemuan baru didorong oleh kesadaran masyarakat akan kekurangan unsur dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat.
3. Pertentangan (konflik) masyarakat
Pertentangan atau konflik merupakan salah satu sebab terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan. Pertentangan dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok.
4. Terjadinya pemberontakan atau revolusi
Adanya revolusi atau pemberontakan dalam suatu negara akan menimbulkan perubahan.
Faktor Ekstern (luar), antara lain:
1. Lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia
Terjadinya bencana alam, seperti gempa bumi, meletusnya gunung berapi, banjir besar, angin topan, dan semacamnya mengakibatkan masyarakat harus meninggalkan tempat tinggalnya dan pindah ke tempat tinggal yang baru. Mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam yang baru tersebut.
2. Peperangan
Peperangan dengan negara lain dapat pula mengakibatkan terjadinya perubahan karena biasanya negara yang menang dalam peperangan akan memaksakan kebijakannya terhadap negara yang kalah.
3. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Melalui difusi (penyebaran kebudayaan), akulturasi (pembauran antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya), asimilasi (pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas budaya lama tidak tampak lagi) dapat mengakibatkan terjadinya perubahan kebudayaan.
C. Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial
a. Faktor Pendorong:
1. Sikap menghargai hasil karya orang lain dan Keinginan untuk maju
2. Kontak dengan kebudayaan lain
3. Sistem pendidikan formal yang maju
4. Toleransi terhadap perubahan-perubahan
5. Sistem lapisan masyarakat yang terbuka
6. Penduduk yang heterogen
7. Ketidak puasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu
8. Orientasi ke masa depan
9. Sikap mudah menerima hal baru
b. Faktor-faktor penghambat:
1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terhambat
3. Sikap masyarakat yang sangat tradisional
4. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat
5. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada intergrasi kebudayaan
6. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup
7. Hambatan-hambatan yang bersikap ideologis
8. Adat atau kebiasaan
Relasi Internakultural
adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini. Menurut Stewart L. Tubbs, komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras,etnis, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.
Jadi, akulturasi dan relasi internakultural saling mempengaruhi karena dengan adanya akulturasi seseorang dapat mengetahui kebudayaan asing yang ada sedangkan relasi internakultural merupakan komunikasi antar budaya yang hidup didalam nya masyarakat yang berbeda ras,suku,etnis dll. Yang menjadikan budaya semakin beragam adalah karena manusia hidup dengan diturunkannya warisan budaya dari generasi terdahulu sampai generasi selanjutnya. Dari teori psikologi sendiri hal kebudayaan berpengaruh melalui suatu proses pengkondisan dalam hal ini akulturasi dan relasi internakultural terjadi melalui proses pengkondisian yang terjadi dengan adanya stimulus dan respon yang merangkai menjadi suatu kompleks perilaku. Dengan akulturasi seseorang belajar untuk mengkondisikan bagaimana pengaruh asing mempengaruhi kebudayaan pribumi dan relasi internakultural terjadi dengan adanya pengkondisian komunikasi antar budaya yang membuat manusia saling berinterkasi dengan budaya yang bermacam-macam di dunia ini.
sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Akulturasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_antarbudaya
Rabu, 10 Oktober 2012
Transmisi Budaya dan Biologis Serta Awal Perkembangan dan Pengasuhan Transmisi Budaya
Transmisi Budaya dan Biologis Serta Awal Perkembangan dan Pengasuhan
Transmisi Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Sedangkan, biologis adalah proses yang ada pada organisme hidup. Proses ini membedakan hal-hal yang hidup dan yang tak hidup.
Sekalipun, unsur-unsur dari budaya begitu banyak, hal ini sama sekali tidak menghambat proses pelestarian kepada generasi selanjutnya, yang hal ini juga merupakan adanya keterkatian antara transmisi budaya dan biologis. Kedua hal ini saling berhubungan dan saling terkait.
Transmisi budaya merupakan sebuah proses penyampaian suatu pesan yang ada sejak dahulu kala mengenai sesuatu hal yang merupakan sebuah kebiasaan dari generasi terdahulu yang masih diterapkan ke generasi sekarang. Oleh sebab itu keterkaitan antara biologis dengan transmisi budaya sangatlah besar, dimana apabila sebuah budaya masih dapat terjaga sampai pada saat ini juga dikarenakan factor biologis yang dimiliki setiap individu.
Di Indonesia sendiri terdapat macam-macam bentuk transmisi budaya, yaitu : sosialisasi, akulturasi, enkulturasi, dan biologis.
1. Enkulturasi
Proses penerusan dan kebudayaan transmsi dari generasi ke generasi selama hidup seseorang individu dimulai dari keluaraga terutama ibu. enkulturasi mengacu pada proses dimana kultur di perabaiki melalui kontak atau pemaparan langasung dengan kultur lain. kultur di transmisikan melalui proses belajar bukan dengan gen atau pun keturunan. Enkulturasi menyebabkan budaya masyarakat tertentu bergerak dinamis mengikuti perkembangan jaman. Sebaliknya sebuah masyarakat yang cenderung sulit menerima hal hal baru dalam masyarakat sulit mempertahankan budaya lama yang sudah tidak relevan lagi untuk disebut sebagai akulturasi.
2. Akulturasi
Akulturasi adalah proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsur-unsur kebudayan asing itu lambat laun dapat diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnnya kebudayaan itu sendiri. pada umumnya generasi muda dianggap sebagai individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi. sebaliknya generasi tua dianggap sebagai orang-orang kolot yang sukar menerima unsur baru. hal ini disebabkan karena norma-norama yang tradisional sudah mendarah daging dan menjiwai. suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi selalu adakelomok individu-individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi . proses akulturasi yang berjalan dengan baik dapat menghasilkan integrasi antara unsur-unsur kebudayaan asing dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri.
3. Sosialisasi
Sosialisasi proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
Menurut Charles H Cooley menekankan peranan interaksi dalam teorinya. Konsep Diri seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Sesuatu yang kemudian disebut looking-glass self terbentuk melalui tiga tahapan sebagai berikut.
1. Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain.
Seseorang merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu menang di berbagai lomba.
2. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita.
Seseorang membayangkan pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu memuji dia, selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini bisa muncul dari perlakuan orang terhadap dirinya. MIsalnya, gurunya selalu mengikutsertakan dirinya dalam berbagai lomba atau orang tuanya selalu memamerkannya kepada orang lain. Ingatlah bahwa pandangan ini belum tentu benar. Sang anak mungkin merasa dirinya hebat padahal bila dibandingkan dengan orang lain, ia tidak ada apa-apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun kalau sang anak memperoleh informasi dari orang lain bahwa ada anak yang lebih hebat dari dia.
3. Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian tersebut.
Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul perasaan bangga dan penuh percaya diri.
Awal Perkembangan dan Pengasuhan Transmisi budaya dapat terjadi sesuai dengan awal pengembangan dan pengasuhan yang terjadi pada masing-masing individu. Dimana proses seperti enkulturasi, sosialisasi ataupun akulturasi yang mempengaruhi perkembangan psikologis individu tergantung bagaimana individu mendapat pengasuhan dan bagaimana lingkungan yang diterimanya. Bentuk – bentuk Transmisi Budaya Enkulturasi adalah Proses penerusan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi berikutnya selama hidup seseorang individu dimulai dari insttitusi keluarga terutama tokoh ibu. Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama dibidang kultur. Enkulturasi terjadi melalui mereka. Sosialisasi Sosisalisasi adalah proses pemasyarakatan, yaitu seluruh proses apabila seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah suatu proses di mana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana ia menjadi anggota. Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri. Pengaruh Enkulturasi terhadap perkembangan psikologi individu
Enkulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses belajar dan penyesuaian alam pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.
Pengaruh Sosialisasi terhadap perkembangan psikologi individu
Sosiologi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses pemasyarakatan, yaitu seluruh proses apabila seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat.
Pengaruh Akulturasi terhadap perkembangan psikologi individu
Akulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.
Jenis-Jenis Transmisi Budaya
1. TRANSMISI VERTICAL
GENERAL ACCULTURATION : Dari orang yang lebih tua/orang tua, pada budaya sendiri (intra) informal. Ex: anak disiplin karena melihat orang tuanya
SPECIFIC SOCIALIZATION : Peristiwa yang disengaja, terarah dan sistematis. Ex: anak di didik untuk tidak membantah pada orang tua pendidikan formal
2. OBLIQUE TRANSMISION
Dari orang dewasa lain, yang budayanya sama (enkulturasi/ sosialisasi) dari orang yang budayanya beda (akulturasi/ resosialisasi)
GENERAL ACULTURATION : Orang dewasa yang budanya sama anak meniru sopan-santun orang dewasa, mis. dari guru
SPECIFIC SOCIALIZATION: Misalnya: Guru menanamkan sifat-sifat kerja sama
GENERAL ACCULTURATION : Orang dewasa yang berbudaya beda. Ex: model pakaian
SPECIFIC RESOCIALIZATION
3. HORIZONTAL TRANSMISION
GENERAL ENCULTURATION : Dari teman sebaya pada budaya yang sama. Ex: anak ikut-ikutan merokok karena ikut temannya.
SPECIFIC SOCIALIZATION : Misalnya: diskusi kelompok, anak mengikuti aturan bicara bergantian belajar main musik dari teman.
Sabtu, 06 Oktober 2012
PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA
PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA
Nama : Rurin Rimadhany
Kelas : 3PA04
NPM : 16510282
UNIVERSITAS GUNADARMA
2012-2013
1. Pengertian Psikologi Lintas Budaya
Budaya dalam kehidupan manusia adalah hal yang dekat dan melekat padanya. Budaya merupakan hasil karya manusia, lahir untuk manusia dalam mengatur dan mendukung kehidupannya. Tujuan menjadikan kehidupan ini menjadi lebih baik adalah keadaan akhir yang diinginkan tersebut. Karena manusia memang hidup untuk menjadikan dirinya berguna dan bermanfaat untuk manusia lain meskipun dengan perbedaan budaya dan kultur adat sekitar.
Umumnya, psikologi lintas budaya dikenal dan dimengerti secara umum sebagai kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai hubungan-hubungan di antara ubaha psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan ubahan biologis; serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ubahan-ubahan tersebut.
Dewasa ini, budaya yang terdapat disekitar kita sangatlah beragam. Tetapi, pada umunya psikologi lintas budaya membahas mengenai kajian mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya.
Tidak sedikit memang definisi yang menggambarkan mengenai pengertian dari psikologi lintas budaya tersebut, tetapi memang beberapa Definisi ini mengarahkan perhatian pada dua hal pokok: keragaman perilaku manusia di dunia dan kaitan antara perilaku terjadi. Definisi ini relatif sederhana dan memunculkan banyak persoalan. Sejumlah definisi lain mengungkapkan beberapa segi baru dan menekankan beberapa kompleksitas: 1. Riset lintas-budaya dalam psikologi adalah perbandingan sistematik dan eksplisit antara variabel psikologis di bawah kondisi-kondisi perbedaan budaya dengan maksud mengkhususkan antesede-anteseden dan proses-proses yang memerantarai kemunculan perbedaan perilaku.
2. Tujuan Psikologi Lintas budaya
Tujuan dari kajian psikologi Lintas Budaya adalah mencari persamaan serta perbedaan dalam fungsi-fungsi individu secara psikologis, dalaam berbagai budaya dan kelompok etnik. Tidak hanya satu budaya dengan budaya yang lainnya, tetapi juga dengan seluruh budaya yang ada di dunia ini.
3. Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan disiplin Ilmu lain
*Hubungan psikologi lintas budaya dengan psikologi agama
Agama bersifat dogmatis yaitu mengandung nilai-nilai yang terkait dengan keyakinan kebenaran dalam agama tidak selalu dapat diterima dengan nalar (logika). Namun, agama juga menawarkan penjelasan pada manusia tentang fenomena tertentu. Penjelasan tersebut diperoleh melalui perasaan, intuisi, dan wahyu dari Tuhan. Psikologi secara etimologi memiliki arti “ilmu tentang jiwa”. Dalam Islam, istilah “jiwa” dapat disamakan dengan istilah ”Al-nafs”, namun ada pula yang menyamakan dengan istilah ”Al-ruh”. Psikologi dapat diterjamahkan ke dalam bahasa Arab menjadi ilmu Al-nafs atau ilmu Al-ruh. Penggunaan masing-masing kedua istilah ini memiliki asumsi yang berbeda.
*Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Sosiologi
Menurut Soejono Sukamto, Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
Jadi hubungan Psikologi lintas budaya dengan ilmu sosiologi adalah melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai buadaya dan kelompok etnik yang berada dalam suatu kehidupan masyarakat.
*Perbedaan Psikologi Lintas Budaya dengan Antropologi
Menurut Koentjaraningrat, Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Jadi perbedaan Psikologi lintas budaya dengan Antropologi adalah Psikologi lintas budaya melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik sedangkan Antropologi melihat bagaimana manusia dalam suatu masyarkat melahirkan suatu kebudayaan.
*Hubungan psikologi lintas budaya dengan psikologi indigenious
Indigenous psychology dapat juga didefinisikan sebagai pandangan psikologi yang asli pribumi dan memiliki pemahaman mendasar pada fakta-fakta atau keterangan yang dihubungkan dengan konteks kebudayaan setempat. Definisi ini, menurut Prof. Kusdwiratri Setiono, ada empat hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
- Pertama, pengetahuan psikologi tidak dipaksakan dari luar, melainkan dimunculkan dari tradisi budaya setempat;
- kedua psikologi yang sesungguhnya bukan berupa tingkah laku artifisial (buatan) yang diciptakan (hasil studi eksperimental), melainkan berupa tingkah laku keseharian;
- ketiga, tingkah laku dipahami dan diinterpretasi tidak dalam kerangka teori yang diimport, melainkan dalam kerangka pemahaman budaya setempat;
- keempat, psikologi indegenus mencakup pengetahuan psikologi yang relevan dan didesain untuk orang-orang setempat.
Dengan kata lain, psikologi indigenus mencerminkan realitas sosial dari masyarakat setempat. Psikologi indigenus menurut Prof. Kusdwiratri Setiono, juga merupakan psikologi yang appropriate (cocok; tepat; pantas) untuk setiap budaya yang ada di negara manapun.
Prof. Sarlito Sarwono, guru besar Psikologi UI, juga menjelaskan bahwa keberadaan Psikologi di Indonesia saat ini memang sedang menghadapi beberapa permasalahan, antara lain apa yang sudah berhasil diterapkan di Barat tidak selalu dapat diterapkan di Indonesia. Hal ini bisa terjadi karena adanya perbedaan etnik dan kondisi masyarakat Negara kita, misalnya masyarakat desa dan kota. Sehingga, apa yang sudah berhasil diterapkan di satu etnik belum tentu sesuai untuk etnik lain.
Pada kenyataanya memang demikian. Selama ini, ilmu psikologi yang telah kita pelajari, masih difahami sebagai western psychology dengan mengasumsikan perilaku dan tingkahlaku manusia sebagai sesuatu yang universal. Padahal menurut Uichol Kim, seorang psikolog asal Korea, teori psikologi barat hanya memadai untuk memahami fenomena kejiwaan masyarakat barat saja sesuai dengan kultur sekuler dimana ilmu itu lahir.
Adanya indigenous psychology sebagai understanding people in context merupakan suatu terobosan baru dalam dunia psikologi karena mampu memahami manusia berdasarkan konteks kultural/budaya setempat. Hal ini juga sebagai bukti bahwa setiap perilaku manusia itu akan selalu dan pasti dipengaruhi oleh sistem nilai masyarakat setempat.
Selasa, 20 Maret 2012
PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK KESEHATAN MENTAL (MENTAL HYGIENE)
Mental hygiene merujuk pada pengembangan dan aplikasi seperangkat prinsip-prinsip praktis yang diarahkan kepada pencapaian dan pemeliharaan unsur psikologis dan Pencegahan dari kemungkinan timbulanya kerusakan mental atau malajudjusment. Kesehatan mental terkait dengan :
(1) bagaimana kita memikirkan, merasakan menjalani kehidupan sehari-hari;
(2) bagaimana kita memandang diri sendiri dan sendiri dan orang lain; dan
(3) bagaimana kita mengevaluasi berbagai alternatif dan mengambil keputusan.
Seperti halnya kesehatan fisik, kesehatan mental sangat penting bagi setiap fase kehidupan. kesehatan mental meliputi upaya-upaya mengatasi stres, berhubungan dengan orang lain, dan mengambil keputusan.
Kesehatan mental tertentang dari yang baik sampai dengan yang buruk, dan setiap orang akan mengalaminya. tidak sedikit orang, pada waktu-waktu tertentu mengalami masalah-masalah kesehatan mental selama rentang kehidupannya. Fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap, pandangan dan keyakinan hidup, harus dapat saling membantu dan bekerjasama satu sama lain sehingga dapat dikatakan adanya keharmonisan yang menjauhkan orang dari perasaan ragu dan terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik).
1. Hadfield : ”upaya memeliharaan mental yang sehat dan mencegah agar mentak tidak sakit”.
2. Alexander Schneiders : ”suatu seni yang praktis dalam mengembangkan dan menggunakan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan kesehatan mental dan penyesuaian diri, serta pencegahan dari gangguan-gangguan psikologis”.
3. Carl Witherington : ”ilmu pemeliharaan kesehatan mental atau sistem tentang prinsip, metode, dan teknik dalam mengembangkan mental yang sehat”.
KARAKTERISTIK MENTAL YANG SEHAT
Setiap menusia memiliki gaya dan ciri masing-masing dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak semua orang memiliki seluruh kriteria untuk dapat disebut sebagai orang yang memiliki mental yang sehat karena setiap orang mungkin memiliki sifat tertentu yang dicirikan sebagai mental tidak sehat.
Ciri Mental Sehat Pada Seseorang :
1. Terhindar dari Gangguan Jiwa : Zakiyah Daradjat (1975) mengemukakan perbedaan antara gangguan jiwa (neurose) dengan penyakit jiwa (psikose), yaitu:
a. Neurose masih mengetahui dan merasakan kesukarannya, sebaliknya yang kena psikose tidak.
b. Neurose kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup dalam alam kenyataan pada umumnya. sedangkan yang kena psikose kepribadiaannya dari segala segi (tanggapan, perasaan/emosi, dan dorongan-dorongan) sangat terganggu, tidak ada integritas, dan ia hidup jauh dari alam kenyataan.
2. Dapat menyesuaikan diri : Penyesuaian diri (self adjustment) merupakan proses untuk memperoleh/ memenuhi kebutuhan (needs satisfaction), dan mengatasi stres, konflik, frustasi, serta masalah-masalah tertentu dengan cara-cara tertentu. Seseorang dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang normal apabila dia mampu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalahnya secara wajar, tidak merugikan diri sendiri dan lingkungannya, serta sesuai denagn norma agama.
3. Memanfaatkan potensi semaksimal mungkin : Individu yang sehat mentalnya adalah yang mampu memanfaatkan potensi yang dimilikinya, dalam kegiatan-kegiatan yang positif dan konstruktif bagi pengembangan kualitas dirinya. pemanfaatan itu seperti dalam kegiatan-kegiatan belajar (dirumah, sekolah atau dilingkungan masyarakat), bekerja, berorganisasi, pengembangan hobi, dan berolahraga.
4. Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain : Orang yang sehat mentalnya menampilkan perilaku atau respon-responnya terhadap situasi dalam memenuhi kebutuhannya, memberikan dampak yang positif bagi dirinya dan atau orang lain. dia mempunyai prinsip bahwa tidak mengorbankan hak orang lain demi kepentingan dirnya sendiri di atas kerugian orang lain. Segala aktivitasnya di tujukan untuk mencapai kebahagiaan bersama
5. Bertanggungjawab : Berani menghadapi segala hal yang dilakukannya.
6. Dewasa : Memiliki sikap dan perilaku yang tidak manja dan kekanak-kanakan.
7.Menghormati dan Menghargai Orang Lain : Berperilaku sopan santun sesuai aturan, nilai, norma dan adat istiadat yang ada di suatu tempat.
8. Optimis : Berfikir positif dalam menghadapi kehidupan.
9. Beriman dan Bertakwa : Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan melaksanakan perintahNya dan meninggalkan laranganNya.
10. Disiplin : Taat dan patuh terhadap aturan yang ada serta menghargai waktu yang ada.
Uraian diatas, menunjukan ciri-ciri mental yang sehat, sedangkan yang tidak sehat cirinya sebagai berikut :
1. Perasaan tidak nyaman (inadequacy)
2. Perasaan tidak aman (insecurity)
3. Kurang memiliki rasa percaya diri (self-confidence)
4. Kurang memahami diri (self-understanding)
5. Kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial
6. Ketidakmatangan emosi
7. Kepribadiannya terganggu
8. Mengalami patologi dalam struktur sistem syaraf (thorpe, dalam schneiders, 1964;61).
RURIN RIMADHANY
16510282
PAIKOLOGI KESEHATAN MENTAL
Fenomena Kesehatan Mental di Masyarakat
Sebelum saya menjelaskan mengenai artikel yang saya buat tentang fenomena yang banyak terjadi di masyarakat, sebelumnya saya akan menerangkan dahulu mengenai Teori Psikoanalisa dari Sigmun Freud.
Teori Psikoanalisa Sigmun Freud
Dalam teori ini, Freud memandang pembentuk kepribadian dan sikap seseorang dipengaruhi oleh model kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan model kepribadian tersebut adalah : Id, Ego, dan Super Ego.
Id adalah faktor keinginan yang timbul dari naluti dan insting untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia seperti lapar, haus,seks dan yang lainnya. Id akan menimbulkan energi yang menyebabkan tingginya tegangan untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia. Ketika energi Id memuncak, muncullah Ego. Ego adalah Aspek psikologis manusia yaitu kognitif dan intelektual, tujuan Ego adalah mencari objek yang tepat dan realistis untuk mereduksi tegangan dari Id. Super Ego adalah aspek sosiologis dari kepribadian berupa hubungan keinginan dari Id dengan norm atau peraturan yang ada di masyarakat.
Kesehatan mental jika ditinjau ari psikoanalisis adalah ketika Id menimbulkan keinginan besar seperti keinginan seksual, kasih sayang, kebutahn untuk hidup dan lain-lain. Lalu Ego mencari penyaluran realistis untuk mereduksi tegangan dari Id. Seperti mencari lawan jenis untuk berhubungan seksual, berusaha mencari kebutuhan lainnya seperti makanan untuk memenuhi kebutuhan akan rasa lapar. Disaat Ego sudah menemukan penyalurannya lalu akan muncul super ego yaitu penilaian dari hati juga lingkungan sekitar mengenai apakah tindakan yang akan kita lakukan sesuai dengan norma atau aturan yang ada di masyarakat dan apakah sesuia dan bisa diterima dengan baik oleh seluruh lapisan masyarakat.
Jika seseorang terlalu menuruti salah satu aspek seperti Id, Ego atau Super Ego, dan tidak mempertimbangkan aspek lainnya, maka orang tersebut dapat melakukan hal yang dianggap abnormal dan dapat di nilai orang tersebut tidak memiliki mental yang sehat.
Fenomena yang akan saya jelaskan adalah tentang seseorang yang memiliki hasrat seksual yang besar tetapi tidak dapat melakukan penyaluran yang realistis. Saat kebutuhan Id pria tersebut begitu besar, dalam hal ini masalah seksual, pria ini tidak bisa manahan hasratnya yang semakin besar untuk memuaskan dirinya akan kebutuhan itu dikarenakan tidak adanya mekanisme pertahanan ego yaitu ego menempuh cara ekstrim untuk menghilangkan tekanan kecemasan berlebihan dari Id dengan cara rasionalisai., menggantikan keinginan dengan yang tidak berbahaya, atau menyublimasi keinginan tersebut. Disaat pertahanan Ego tidak bekerja dengan baik, maka Id akan semakin membesar lalu hasrat akan kebutuhan seksual itu pun akan disalurkn tanpa banyak berfikir lagi atau melupakan aspek lain seperti Super Ego. Dari sinilah akan timbul perilaku menyimpang seperti pemerkosaan, masturbasi atau perilaku seks bebas yang memang dewasa ini bukanlah hal tabu lagi di lingkungan masyarakat sekitar kita.
RURIN RIMADHANY
16510282
Psikologi Kesehatan mental
Senin, 09 Januari 2012
“Internet Sebagai Media Mengekspresikan Diri”
TUGAS
PSIKOLOGI dan TEKNOLOGI INTERNET
Dengan judul
“Internet Sebagai Media Mengekspresikan Diri”
Disusun oleh : 1. Eduardus Saptono P (12510247)dan 2. Rurin Rimadhany(16510282)
Kelas : 2PA04
UNIVERSITAS GUNADARMA
2010/2011
A. Identitas
Responden 1
1. Nama/Inisial : RRD
2. Umur : 17
3. Pendidikan : SMA
Responden 2
1. Nama/Inisial : Jonathan
2. Umur : 19th
3. Pendidikan : Mahasiswa
B. Tanggal dan prosedur pengumpulan data, waktu observasi dan wawancara
Tanggal : 01 Januari 2011
Tempat : Tempat tinggal responden 1 dan responden 2
Waktu : 20.00 WIB s.d selesai
Prosedur Pengumpulan Data : Observasi dan Wawancara Langsung
C. Latar belakang masalah
Jaman sekarang internet memang bukan barang yang asing lagi, khususnya di kota-kota besar termasuk di lingkungan sekitar kita. Walaupun masih berada di kalangan tertentu, tapi dibandingkan beberapa tahun yang lalu internet saat ini bisa dikatakan berkembang jauh lebih pesat.
Dipermudahkannya akses internet pada dewasa ini, membuat banyaknya masyarakat yang menggunakan internet sebagai salah satu hal primer yang menjadi kebiasaan dan kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan.
Internet memberikan banyak kegunaan bagi para penggunanya, seperti ajang mencari teman, bisnis sampai diary online. Itu semua semakin membuat kehidupan di dunia maya sudah semakin mendekati kehidupan dunia nyata. Bedanya, hanya kita tidak bertemu langsung dan bertatap muka dengan orang lain.
Dunia maya memberikan kelebihan tersendiri bagi para penggunanya seperti memberikan kebebasan berbicara tanpa bertatap muka langsung sehingga bagi para pengguna yang memiliki sedikit masalah dalam rasa percaya diri.
Jejaring sosial tidak hanya memberikan kelebihannya, tetapi juga berbagai kekurangan yang mengikuti. Seperti makin banyaknya orang-orang yang menjadikan akun jejaring sosial mereka sebagai tempat mencurahkan isi hati atau berbagai permasalahn pribadi yang ada di kehidupan mereka sehari-hari.
Memang tidak salah jika mereka menjadikan itu semua sebagai tempat mereka untuk melakukan itu, tapi tentu saja banyaknya pro dan kontra yang mengalir terkadang membuat layak atau tidaknya tindakan mereka itu.
Terlepas dari itu semua, kami tertarik melakukan penelitian langsung kepada beberapa orang narasumber yang memang secara intensif mereka hidup di dunia maya. Dan disini kami juga dapat mengetahui hal apa saja yang mereka lakukan ataupun yang menyangkut semua kegiatan mereka didunia maya termasuk diary online.
D. Permasalahan
Subjek termasuk kedalam bagian orang-orang yang menjadikan keeksistesiannya didunia maya hampir sama seperti pada dunia nyata. Subjek juga lebih merasa nyaman dan merasa lebih menjadi dirinya sendiri saat beraktifitas didunia maya. Sampai pada mereka menceritakan tentang masalah pribadinya pun didunia maya bukan suatu masalah yang harus dikhawatirkan.
Bagi mereka dunia maya lebih memberikan tempat bagi mereka yang mungkin memiliki masalah tentang rasa percaya diri terhadap orang-orang disekitar mereka untuk berbicara banyak termasuk masalah pribadi mereka.
E. Observasi
1. Tingkah laku
Kedua reponden bersikap baik dan ramah juga menerima kehadiran kami secara baik. Mereka antusias dalam menjawab berbagai pertanyaan yang kami berikan. Para responden juga tertarik dengan masalah yang kami akan bahas dengan mereka. Dan para responden menjawab dengan baik semua pertanyaan yang kami berikan.
2. Penampilan
Penampilan kedua subyek terlihat seperti kebanyakan remaja wanita dan pria seperti pada umumnya. Tapi karena kami memakai tempat rumah mereka untuk melakukan observasi dan wawancara, kedua responden memakai baju yang santai namun tetap sopan.
3. Lingkungan sekitar
Nyaman, bersih dan orang-orang disekitar kedua responden memnerima kehadiran kami dengan baik.
F. Hasil Pengumpulan Data
Responden 1
Apakah anda memiliki aku jejaring sosial?
Iya pastinya saya memiliki akun jejaring sosial
Sejak kapan anda menggunakan jejaring sosial itu?
Kalau tidak salah sejak saya masih SMP
Menurut anda, apakah akun jejaring sosial yang anda gunakan memiliki banyak kegunaan? Jika ada tolong sebutkan contohnya!
Iya , contohnya : membuat saya mempunyai banyak teman , kenalan baru , dll
Seberapa seringkah anda mempergunakan akun tersebut?
Sering sekali, terkadang dalam waktu sehari, saya bisa menggunakannya berkali kali
Apa saja yang anda lakukan ?
Wall too wall, chat too chat, upload photo, terkadang juga seperti curahan hati saya dan teman-teman dll
Apakah pernah anda menggunakan akun anda untuk membicarakan masalah pribadi anda?
Iya pernah
Kalau iya, mengapa anda menuliskan hal-hal yang pribadi di jejaring sosial yang bisa menjadi konsumsi publik itu?
Biar seru saja, kan tidak semua yang difacebook itu fakta !
Apakah menurut anda itu tidak menggangu privasi anda? Atau anda merasa punya keuntungan dari itu semua? Misalnya mendapat perhatian dari orang disekitar anda?
Tidak juga , tapi lebih seru kalo membuat sensasi !
Menurut anda, bagaimana respon dari orang-orang disekitar anda tentang anda didunia maya? Apa mereka terganggu atau malah menyukai semua yang anda lakukan?
Ada yang terganggu ada yang tidak , tergantung masing-masing pendapat orangnya saja.
Apakan didunia maya anda merasa lebih bisa mengekspresikan diri anda dari pada didunia nyata?
Tentu saja. Tapi saya memang tipe orang yang senang mengekspresikan apa yang saya sedang saya alami dan saya rasakan. Didunia nyata ataupun dunia maya memberikan saya kebebasan untuk mengekspresikan diri saya.
Responden 2
Apakah anda memiliki jejaring sosial?
Ya, friendster, facebook, twitter, heello, google+
Sejak kapan anda menggunakan jejaring sosial itu?
Friendster: Smp, Facebook dan twitter: SMA, dan heello, G+: Kuliah
Menurut anda, apakah jejaring sosial yang anda gunakan memiliki banyak kegunaan? Jika ada tolong sebutkan contohnya!
Ya, media hiburan, sosialisasi terutama dengan teman2
Seberapa seringkah anda mempergunakan akun trsebut?
Setiap hari, tapi tidak 24 jam
Apa saja yang anda lakukan ?
Update status, chat, dan hanya melihat2
Apakah pernah anda menggunakan akun anda untuk membicarakan masalah pribadi anda?
Kadang-kadang, tidak sering dan tidak tersirat
Kalau iya, mengapa anda menuliskan hal-hal yang pribadi di jejaring sosial yang bisa menjadi konsumsi publik itu?
Terkadang teman di jejaring sosial bisa ikut membantu dan menenangkan juga.
Apakah menurut anda itu tidak menggangu privasi anda? Atau anda merasa punya keuntungan dari itu semua? Misalnya mendapat perhatian dari orang disekitar anda?
Tidak, selama bukan merupakan hal yang bersifat “hanya saya yg boleh tahu”
Menurut anda, bagaimana respon dari orang-orang disekitar anda tentang anda didunia maya? Apa mereka terganggu atau malah menyukai semua yang anda lakukan?
Ada yang mendiamkan, ada yang mencoba membantu dengan bertanya 'kenapa jo, ada apa' dsb.
Apakan didunia maya anda merasa lebih bisa mengekspresikan diri anda dari pada didunia nyata?
Tidak juga sih, tapi memang terkadang lebih mengasyikan berekspresi didunia maya.
G. Hasil dan Kesimpulan
Kedua subjek termasuk kedalam bagian orang-orang yang aktif dalam menggunakan jejaring sosial yang memang memiliki banyak manfaat dan kegunaan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Internet memberikan mereka akses untuk lebih bisa menunjukan bagaimana diri mereka yang sebenarnya dan juga untuk bertemu dengan banyak orang yang biasa disebut kehidupan didunia maya atau kehidupan yang tidak sesungguhnya.
Jejaring sosial memberikan kedua subjek kebebasan untuk berbicara dan bertingkah laku, seperti menjadikan akun mereka pada jejaring sosial sebagai media mereka untuk menceritakan semua yang terjadi pada kehidupan mereka sehari-hari atau yang biasa disebut sebagai diary online.
Jejaring sosial memberikan para penggunanya kenyamanan tersediri untuk bertutur kata, sehingga para penggunanya tak ragu untuk menceritakan berbagai hal termasuk ha-hal yang pribadi sekalipun.
Dan memang, Internet memberikan para penggunanya wadah untuk mengekspresikan diri mereka yang mungkin hal itu tidak bisa mereka lakukan didunia nyata. Kembali lagi bagaimana individu itu menentukan mana yang baik atau tidak bagi diri mereka sendiri.
Langganan:
Postingan (Atom)