Rabu, 10 Oktober 2012

Transmisi Budaya dan Biologis Serta Awal Perkembangan dan Pengasuhan Transmisi Budaya

Transmisi Budaya dan Biologis Serta Awal Perkembangan dan Pengasuhan Transmisi Budaya Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Sedangkan, biologis adalah proses yang ada pada organisme hidup. Proses ini membedakan hal-hal yang hidup dan yang tak hidup. Sekalipun, unsur-unsur dari budaya begitu banyak, hal ini sama sekali tidak menghambat proses pelestarian kepada generasi selanjutnya, yang hal ini juga merupakan adanya keterkatian antara transmisi budaya dan biologis. Kedua hal ini saling berhubungan dan saling terkait. Transmisi budaya merupakan sebuah proses penyampaian suatu pesan yang ada sejak dahulu kala mengenai sesuatu hal yang merupakan sebuah kebiasaan dari generasi terdahulu yang masih diterapkan ke generasi sekarang. Oleh sebab itu keterkaitan antara biologis dengan transmisi budaya sangatlah besar, dimana apabila sebuah budaya masih dapat terjaga sampai pada saat ini juga dikarenakan factor biologis yang dimiliki setiap individu. Di Indonesia sendiri terdapat macam-macam bentuk transmisi budaya, yaitu : sosialisasi, akulturasi, enkulturasi, dan biologis. 1. Enkulturasi Proses penerusan dan kebudayaan transmsi dari generasi ke generasi selama hidup seseorang individu dimulai dari keluaraga terutama ibu. enkulturasi mengacu pada proses dimana kultur di perabaiki melalui kontak atau pemaparan langasung dengan kultur lain. kultur di transmisikan melalui proses belajar bukan dengan gen atau pun keturunan. Enkulturasi menyebabkan budaya masyarakat tertentu bergerak dinamis mengikuti perkembangan jaman. Sebaliknya sebuah masyarakat yang cenderung sulit menerima hal hal baru dalam masyarakat sulit mempertahankan budaya lama yang sudah tidak relevan lagi untuk disebut sebagai akulturasi. 2. Akulturasi Akulturasi adalah proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsur-unsur kebudayan asing itu lambat laun dapat diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnnya kebudayaan itu sendiri. pada umumnya generasi muda dianggap sebagai individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi. sebaliknya generasi tua dianggap sebagai orang-orang kolot yang sukar menerima unsur baru. hal ini disebabkan karena norma-norama yang tradisional sudah mendarah daging dan menjiwai. suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi selalu adakelomok individu-individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi . proses akulturasi yang berjalan dengan baik dapat menghasilkan integrasi antara unsur-unsur kebudayaan asing dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri. 3. Sosialisasi Sosialisasi proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Menurut Charles H Cooley menekankan peranan interaksi dalam teorinya. Konsep Diri seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Sesuatu yang kemudian disebut looking-glass self terbentuk melalui tiga tahapan sebagai berikut. 1. Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain. Seseorang merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu menang di berbagai lomba. 2. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita. Seseorang membayangkan pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu memuji dia, selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini bisa muncul dari perlakuan orang terhadap dirinya. MIsalnya, gurunya selalu mengikutsertakan dirinya dalam berbagai lomba atau orang tuanya selalu memamerkannya kepada orang lain. Ingatlah bahwa pandangan ini belum tentu benar. Sang anak mungkin merasa dirinya hebat padahal bila dibandingkan dengan orang lain, ia tidak ada apa-apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun kalau sang anak memperoleh informasi dari orang lain bahwa ada anak yang lebih hebat dari dia. 3. Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian tersebut. Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul perasaan bangga dan penuh percaya diri. Awal Perkembangan dan Pengasuhan Transmisi budaya dapat terjadi sesuai dengan awal pengembangan dan pengasuhan yang terjadi pada masing-masing individu. Dimana proses seperti enkulturasi, sosialisasi ataupun akulturasi yang mempengaruhi perkembangan psikologis individu tergantung bagaimana individu mendapat pengasuhan dan bagaimana lingkungan yang diterimanya. Bentuk – bentuk Transmisi Budaya Enkulturasi adalah Proses penerusan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi berikutnya selama hidup seseorang individu dimulai dari insttitusi keluarga terutama tokoh ibu. Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama dibidang kultur. Enkulturasi terjadi melalui mereka. Sosialisasi Sosisalisasi adalah proses pemasyarakatan, yaitu seluruh proses apabila seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah suatu proses di mana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana ia menjadi anggota. Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri. Pengaruh Enkulturasi terhadap perkembangan psikologi individu Enkulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses belajar dan penyesuaian alam pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Pengaruh Sosialisasi terhadap perkembangan psikologi individu Sosiologi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses pemasyarakatan, yaitu seluruh proses apabila seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat. Pengaruh Akulturasi terhadap perkembangan psikologi individu Akulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Jenis-Jenis Transmisi Budaya 1. TRANSMISI VERTICAL GENERAL ACCULTURATION : Dari orang yang lebih tua/orang tua, pada budaya sendiri (intra) informal. Ex: anak disiplin karena melihat orang tuanya SPECIFIC SOCIALIZATION : Peristiwa yang disengaja, terarah dan sistematis. Ex: anak di didik untuk tidak membantah pada orang tua pendidikan formal 2. OBLIQUE TRANSMISION Dari orang dewasa lain, yang budayanya sama (enkulturasi/ sosialisasi) dari orang yang budayanya beda (akulturasi/ resosialisasi) GENERAL ACULTURATION : Orang dewasa yang budanya sama anak meniru sopan-santun orang dewasa, mis. dari guru SPECIFIC SOCIALIZATION: Misalnya: Guru menanamkan sifat-sifat kerja sama GENERAL ACCULTURATION : Orang dewasa yang berbudaya beda. Ex: model pakaian SPECIFIC RESOCIALIZATION 3. HORIZONTAL TRANSMISION GENERAL ENCULTURATION : Dari teman sebaya pada budaya yang sama. Ex: anak ikut-ikutan merokok karena ikut temannya. SPECIFIC SOCIALIZATION : Misalnya: diskusi kelompok, anak mengikuti aturan bicara bergantian belajar main musik dari teman.

Sabtu, 06 Oktober 2012

PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA

PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA Nama : Rurin Rimadhany Kelas : 3PA04 NPM : 16510282 UNIVERSITAS GUNADARMA 2012-2013 1. Pengertian Psikologi Lintas Budaya Budaya dalam kehidupan manusia adalah hal yang dekat dan melekat padanya. Budaya merupakan hasil karya manusia, lahir untuk manusia dalam mengatur dan mendukung kehidupannya. Tujuan menjadikan kehidupan ini menjadi lebih baik adalah keadaan akhir yang diinginkan tersebut. Karena manusia memang hidup untuk menjadikan dirinya berguna dan bermanfaat untuk manusia lain meskipun dengan perbedaan budaya dan kultur adat sekitar. Umumnya, psikologi lintas budaya dikenal dan dimengerti secara umum sebagai kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai hubungan-hubungan di antara ubaha psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan ubahan biologis; serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ubahan-ubahan tersebut. Dewasa ini, budaya yang terdapat disekitar kita sangatlah beragam. Tetapi, pada umunya psikologi lintas budaya membahas mengenai kajian mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Tidak sedikit memang definisi yang menggambarkan mengenai pengertian dari psikologi lintas budaya tersebut, tetapi memang beberapa Definisi ini mengarahkan perhatian pada dua hal pokok: keragaman perilaku manusia di dunia dan kaitan antara perilaku terjadi. Definisi ini relatif sederhana dan memunculkan banyak persoalan. Sejumlah definisi lain mengungkapkan beberapa segi baru dan menekankan beberapa kompleksitas: 1. Riset lintas-budaya dalam psikologi adalah perbandingan sistematik dan eksplisit antara variabel psikologis di bawah kondisi-kondisi perbedaan budaya dengan maksud mengkhususkan antesede-anteseden dan proses-proses yang memerantarai kemunculan perbedaan perilaku. 2. Tujuan Psikologi Lintas budaya Tujuan dari kajian psikologi Lintas Budaya adalah mencari persamaan serta perbedaan dalam fungsi-fungsi individu secara psikologis, dalaam berbagai budaya dan kelompok etnik. Tidak hanya satu budaya dengan budaya yang lainnya, tetapi juga dengan seluruh budaya yang ada di dunia ini. 3. Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan disiplin Ilmu lain *Hubungan psikologi lintas budaya dengan psikologi agama Agama bersifat dogmatis yaitu mengandung nilai-nilai yang terkait dengan keyakinan kebenaran dalam agama tidak selalu dapat diterima dengan nalar (logika). Namun, agama juga menawarkan penjelasan pada manusia tentang fenomena tertentu. Penjelasan tersebut diperoleh melalui perasaan, intuisi, dan wahyu dari Tuhan. Psikologi secara etimologi memiliki arti “ilmu tentang jiwa”. Dalam Islam, istilah “jiwa” dapat disamakan dengan istilah ”Al-nafs”, namun ada pula yang menyamakan dengan istilah ”Al-ruh”. Psikologi dapat diterjamahkan ke dalam bahasa Arab menjadi ilmu Al-nafs atau ilmu Al-ruh. Penggunaan masing-masing kedua istilah ini memiliki asumsi yang berbeda. *Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Sosiologi Menurut Soejono Sukamto, Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat. Jadi hubungan Psikologi lintas budaya dengan ilmu sosiologi adalah melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai buadaya dan kelompok etnik yang berada dalam suatu kehidupan masyarakat. *Perbedaan Psikologi Lintas Budaya dengan Antropologi Menurut Koentjaraningrat, Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan. Jadi perbedaan Psikologi lintas budaya dengan Antropologi adalah Psikologi lintas budaya melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik sedangkan Antropologi melihat bagaimana manusia dalam suatu masyarkat melahirkan suatu kebudayaan. *Hubungan psikologi lintas budaya dengan psikologi indigenious Indigenous psychology dapat juga didefinisikan sebagai pandangan psikologi yang asli pribumi dan memiliki pemahaman mendasar pada fakta-fakta atau keterangan yang dihubungkan dengan konteks kebudayaan setempat. Definisi ini, menurut Prof. Kusdwiratri Setiono, ada empat hal yang perlu diperhatikan, yaitu: - Pertama, pengetahuan psikologi tidak dipaksakan dari luar, melainkan dimunculkan dari tradisi budaya setempat; - kedua psikologi yang sesungguhnya bukan berupa tingkah laku artifisial (buatan) yang diciptakan (hasil studi eksperimental), melainkan berupa tingkah laku keseharian; - ketiga, tingkah laku dipahami dan diinterpretasi tidak dalam kerangka teori yang diimport, melainkan dalam kerangka pemahaman budaya setempat; - keempat, psikologi indegenus mencakup pengetahuan psikologi yang relevan dan didesain untuk orang-orang setempat. Dengan kata lain, psikologi indigenus mencerminkan realitas sosial dari masyarakat setempat. Psikologi indigenus menurut Prof. Kusdwiratri Setiono, juga merupakan psikologi yang appropriate (cocok; tepat; pantas) untuk setiap budaya yang ada di negara manapun. Prof. Sarlito Sarwono, guru besar Psikologi UI, juga menjelaskan bahwa keberadaan Psikologi di Indonesia saat ini memang sedang menghadapi beberapa permasalahan, antara lain apa yang sudah berhasil diterapkan di Barat tidak selalu dapat diterapkan di Indonesia. Hal ini bisa terjadi karena adanya perbedaan etnik dan kondisi masyarakat Negara kita, misalnya masyarakat desa dan kota. Sehingga, apa yang sudah berhasil diterapkan di satu etnik belum tentu sesuai untuk etnik lain. Pada kenyataanya memang demikian. Selama ini, ilmu psikologi yang telah kita pelajari, masih difahami sebagai western psychology dengan mengasumsikan perilaku dan tingkahlaku manusia sebagai sesuatu yang universal. Padahal menurut Uichol Kim, seorang psikolog asal Korea, teori psikologi barat hanya memadai untuk memahami fenomena kejiwaan masyarakat barat saja sesuai dengan kultur sekuler dimana ilmu itu lahir. Adanya indigenous psychology sebagai understanding people in context merupakan suatu terobosan baru dalam dunia psikologi karena mampu memahami manusia berdasarkan konteks kultural/budaya setempat. Hal ini juga sebagai bukti bahwa setiap perilaku manusia itu akan selalu dan pasti dipengaruhi oleh sistem nilai masyarakat setempat.